PEMUDA DAN KEPEMIMPINAN DI INDONESIA



Di malam penuh keramaian, aku meninggalkan agenda tugas dan kertas-kertas putih yang selalu melambai padaku. Karena pada malam itu, kuemban tanggungjawab baru, yaitu melakukan audiensi dengan ketua BEM FT. Suatu kehormatan bisa merasakan diskusi yang asyik dengan ketua BEM FT tersebut, panggil saja namanya Kak Ficky Fristiar. Kak Ficky begitulah sapaan akrabnya adalah laki-laki kelahiran Kudus, 26 Maret 1993. Di UNY sendiri kak Ficky mengambil program studi Pendidikan Teknik Mesin. Sebelum audiensi dimulai, pertama kali diawali dengan berdoa, selanjutnya pada perkenalan awal, Kak ficky bilang bahwa selama ini selama sesi perkenalan belum ada orang yang bisa menulis namanya dengan benar. Ya memang terbukti, karena saat itu ketika kami kelompok Ki Hajar Dewantara menuliskan namanya ternyata salah juga. Karena kak Ficky menuntut keadilan, maka kami kelompok Ki Hajar Dewantara juga memperkenalkan diri satu persatu. Setelah itu barulah audiensi dimulai.
Hubungan pemuda dan kepemimpinan di Indonesia punya keterkaitan erat seperti halnya kaderisasi. Siapa yang akan menggantikan Pak Presiden Republik Indonesia sekarang, siapa yang akan menggantikan menteri-menteri yang duduk manis dalam jabatannya sekarang, siapa yang akan menggantikan para DPR sekarang, siapa lagi kalau bukan kita pemuda Indonesia! Intinya bagaimana para pemuda menumbuhkan kesadaran sebagai penggerak jiwa kepemimpinan nasionalnya untuk menggantikan para pemimpin yang sekarang menuju Indonesia Emas 2045.
Peran yang bisa dilakukan pemuda dalam menjawab kepemimpinan masa depan Indonesia adalah respect atau peka terhadap lingkungan sekitar. Dimana pemuda sebagai agent of change, pemuda diharapkan bisa membawa perubahan yang berarti untuk Indonesia, dimulai dari hal-hal kecil disekitar kita. Kita harus tau apa sih yang sedang terjadi di lingkungan kita, apa sih yang harus kita lakukan, sebagai mahasiswa apa sih kontribusi nyata kita kepada masyarakat? Karena sebagai mahasiswa, kita harus tau perbedaan mahasiswa sendiri dengan siswa yang dulu kita sandang sebelum memasuki Perguruan Tinggi.  Perbedaan itu terletak dalam hal pendidikannya, basis penelitian yang lebih sering juga detail dan kontribusi nyata atau pengabdian mahasiswa itu kepada masyarakat. Karena masyarakat di luar sana menunggu aksi kita, aksi untuk berkontribusi secara nyata di masyarakat. Kata kuncinya adalah peka terhadap lingkungan sekitar yang membuat kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan sebagai penggerak kepemimpinan nasional.
Kak Ficky sendiri sejak semester dua adalah seorang aktivis kampus, bagaimana realita menjadi akivis kampus? Menurut Kak Ficky realitanya adalah baik-baik saja. Dulu pada semester dua Kak Vicky mengikuti tiga macam organisasi dimana satu diantaranya adalah tingkat universitas dan sisanya di tingkat fakultas. Dari setiap organisasi yang diikuti pastilah tiap hari harus rapat ini, rapat itu. Memang menjadi aktivis mengurangi waktu kita untuk bersantai, berfoya-foya, jalan-jalan dan lain sebagainya tapi itu semua tidak lantas menyurutkan semangat untuk menjadi aktivis. Karena menjadi aktivis bukan berarti dapat menurunkan Indeks Prestasi (IP). Membayangkan tanggung jawab aktivis kampus selain sebagai mahasiswa pastilah harus pandai membagi waktu dan pandai menentukan skala prioritas. Prioritas itulah yang harus kita pikirkan lebih dahulu sebelum kita memutuskan harus mengerjakan yang mana terlebih dahulu. Prioritas yang dipilih Kak Ficky berdasarkan apabila Kak Ficky memilih itu dampaknya akan seperti apa, akan berpengaruh kecil atau meluas.
Ini contoh prioritas yang dibuat Kak Ficky. Pada waktu yang bersamaan Kak Ficky harus mengikuti kuliah dimana ada ujian mandiri yang diadakan oleh dosen mata kuliah tersebut, tapi di sisi lain pada jam yang sama Kak Ficky harus menemui ‘orang penting’ dimana orang tersebut mungkin tidak akan bisa kita temui di lain waktu. Berdasarkan pengaruhnya, apabila kak Ficky memilih untuk kuliah dan tidak menemui ‘orang penting’ tersebut maka acara yang diagendakannya gagal total. Maka Kak Ficky memilih menemuinya, dan sebagai akibatnya Kak Ficky harus meminta maaf dan meminta tugas pada dosen mata kuliah tersebut untuk menggantikan ketidakhadirannya pada hari itu.
Kak Ficky menambahkan lagi, menjadi seorang aktivis kampus dengan mahasiswa biasa pastilah ada perbedaannya. Kelebihan seseorang ikut lembaga atau organisasi adalah mampu menyebarluaskan pengaruh positif dalam area luas. Karena dalam sebuah organisasi atau lembaga kita akan mengenal semua orang yang tergabung di ormawa, mengenal teman-teman satu jurusan, mengenal dosen, mengenal hima lain dan dengan membawa nama organisasi kita juga akan bisa mengenal orang-orang penting dan hebat lainnya. Selain kita menjadi populer karena dikenal banyak orang kita juga akan mendapatkan jaringan kenal orang secara luas. Yang penting kerjaan kita beres untuk resiko jalani saja.
Yang dibutuhkan seorang mahasiswa dalam menjawab krisis kepemimpinan yang terjadi sekarang adalah peka atau respect terhadap lingkungan sekitar. Kepemimpinan dulu dan sekarang amatlah berbeda. Kalau dulu semasa kepemimpinan Bung Karno, Bung Karno terjun langsung ke masyarakat, memperhatikan masyarakat tapi masa kepemimpinan sekarang Pak SBY hanya sibuk memikirkan partai politiknya. Bahkan di daerahnya Kak Ficky, di Kudus sana seorang lurah dalam rangka mencalonkan dirinya rela merogoh kocek sebesar satu miliar rupiah, hanya untuk memperebutkan kursi sebagai lurah. Sebenarnya banyaknya iklan di TV tentang pencalonan si “a” si “b” yang sering hadir dalam beberapa menit menghiasi layar kaca, yang kerap kali membuat kita bosan. Itu disebabkan kurangnya kapasitas mereka sebagai seorang pemimpin juga karena mereka kurang percaya diri sehingga mereka harus rela merogoh kocek dan menawarkan janji-janji yang belum tentu ditepati. Pemimpin yang merasa kualitas dirinya cukup di mata rakyat hanya sesekali menampakkan dirinya di layar kaca tetapi banyak berkontribusi nyata di masyarakat.
Harapan Kak Ficky sendiri tentang kepemimpinan Indonesia di masa depan adalah pemuda khususnya mahasiswa peka terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Menggalakkan BACA (Baca, tulis, diskusi, aksi). Bacalah yang terjadi disekitar kita, misal perihal naiknya BBM, Uang Kuliah Tunggal (UKT), dan lain sebaginya. Tulislah kisah-kisah yang inspiratif yang bisa memotivasi kaum muda untuk berjiwa kepemimpinan dan peka terhadap lingkungan sekitar. Jangan hanya menulis status-status galau, status-status bingung di akun facebook atau twitter karena justru itu akan menampakkan jati diri kita yang sesungguhnya. Sebaiknya menulislah yang bermanfaat untuk diri kita pribadi dan untuk orang lain. Setelah itu ada diskusi, bentuklah kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan dan tukar pendapat mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Jangan hanya ngerumpi tidak berarti tapi biasakan bertukar pikiran untuk membuat kemajuan yang signifikan. Yang terakhir adalah aksi. Kalau kita sudah tahu apa yang sedang terjadi, kita sudah berdiskusi mengenai itu, apakah selanjutnya kita hanya diam saja? Sebagai mahasiwa kita harus melakukan aksi untuk menyuarakan suara yang tidak tersampaikan. Intinya adalah pemuda atau mahasiswa harus peka atau respect terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar.  :) :) :)